hariansuara.com - Era digital adalah kurun kini kita berpijak. Proses transformasi dari analog ke digital terus berjalan, tak tak terelakkan. Digitalisasi juga membentuk perilaku masyarakat yang ingin segala sesuatunya serba cepat, serba instan.
Pun, melahirkan sistem pemasaran Digital Marketing, dengan salah satunya Affiliate Marketing. Pertama diinisiasi di Amerika Serikat pada 1994, lalu merambah ke seantero dunia. Di Jepang ada perusahaan Interspace Co., Ltd yang mengepakkan sayapnya ke Indonesia dan China pada 2012, lalu ke Thailand pada 2014 dan Vietnam.
Untuk Affiliate Marketing, Interspace mengoperasikan AcessTrade pada 1999, dan kini menjadi platform afiliasi terbesar di Asia Tenggara menjangkau lebih dari 10.000 klien dan 500.000 website. Pada 2006 sudah terdaftar pada bursa saham Jepang.
Di Indonesia sendiri, AccessTrade tercatat sebagai pionir dalam Affiliate Marketing. Simak pempaparan CEO PT Interspace Indonesia, Prayudho Rahardjo, kepada hariansuara.com terkait peta dan peluang bisnis dair Affiliate Marketing.
Budget Terukur, Target Spesifik dan Tepat Guna
Affiliate Marketing intinya mempromosikan produk atau jasa melalui 3 sisi sekaligus: pebisnis, afiliasi, dan konsumen. "AccessTrade memberikan sistem promosi digital yang efektif dan efisien kepada pemilik produk, sekaligus menawarkan peluang bagi pemilik blog/website mendapatkan penghasilan, dan memberikan informasi akurat dan terkini melalui websitenya," jelas pakar multimedia, internet dan bisnis telekomunikasi lulusan Universitas Gunadharma bidang Teknologi Informasi ini.
Ketiga pihak ini meraih manfaat, ditambah pesatnya perkembangan teknologi gadget, maka tak heran jika data statistika menunjukkan penyebaran budget iklan cenderung bergeser dari media konvensional ke media digital. Prosentasenya di kisaran 50:50. Beda dengan dulu, kue iklan mayoritas lari ke media konvensional.
Imbuh Yudho, beriklan di media digital punya sejumlah poin plus. Dari segi budget iklan bisa fleksibel, efektif dan efisien. Target yang disasar bisa spesifik, tepat guna dan terukur. Dalam artian, ROI atau Return on Investmen bisa terukur.
"Katakan perusahaan dengan budget tertentu menetapkan target iklan bagi penyuka olahraga, tinggal di Jakarta, iklan muncul dari pkl 10 sampai 5 sore. Belanja mereka 10 juta per bulan. Iklan dipasang, ROI dihitung, berapa yang melihat iklan itu, berapa yang benar-benar membeli produk terkait. Intinya, keuntungan finansial dari investasi ini bisa dihitung."
Di sisi lain, afiliasi mendapat pemasukan atas layanan jasa kepada pebisnis. Sedangkan calon konsumen mendapat informasi produk dan jasa yang terbaik, tanpa perlu trial and error, atau cemas akan salah pilih.
"Dalam menjalankan Affiliate Marketing, AccessTrade lebih memosisikan diri sebagai Performance Marketing dengan metode pembayaran Cost per Action (CPA) atau melihat sale yang terjadi melalui Publisher. ROI dengan CPA lebih tinggi. Sistem di AccessTrade telah terintegrasi, sehingga masing-masing bisa mendeteksi terjadinya sale," lanjut Yudho, bersemangat mengembangkan bisnis ini karena kepincut pada visi perusahaan yang menjunjung asas 'win-win' bagi semua.
Di ujung bincang sore itu, Yudho menyampaikan gagasannya ingin membantu masyarakat melalui Affiliate marketing. "Salah satunya, ingin mengedukasi masyarakat jadi publisher, sehingga tercipta lapangan kerja baru, meningkatkan penjualan UMKM dan sebagainya. Kami akan giatkan lagi AccessTrade Academy, semoga bisa menjadi legacy bagi masyarakat luas," pungkas Yudho. (*) MTS Foto: AccessTrade
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU