hariansuara.com - Pakar Koperasi Suroto, Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES), membagi hasil diskusinya bersama Dr. Nao Tanaka, ahli teknologi terapan asal Jepang. Dalam pertemuan setengah tahun lalu itu, keduanya membincangkan tentang konsep 'Koperasi Universal' yang digagas Dr Tanaka.
"Dr Nao Tanaka ini lulusan Universitas Tokyo jurusan Kimia Terapan yang banyak mengabdi di Indonesia dalam mengembangkan teknologi terapan. S3-nya didapat dari Universitas Tohoku, Jepang," ujar penulis Buku "Koperasi Lawan Tanding Kapitalisme" dan juga CEO Induk Koperasi Usaha Rakyat (INKUR).
Di AKSES yang berkantor di Jakarta, mengutip keterangan Koordinator Sistem Informasi Unsoed Ir. Alief Einstein, M.Hum (matamata.com, 14/12/2022), Suroto memimpin organisasi think-tank sosial ekonomi ini dengan anggota 376 orang dari seluruh Indonesia. Aktifitasnya, melakukan kaderisasi dan advokasi kebijakan dan regulasi serta pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.
Tentang Dr Nao kelahiran 1951 ini, ditambahkan Suroto, pernah bekerja di perusahaan minyak di bidang rekayasa refining, IT, daur ulang limbah plastik, bio teknologi, serta pengolahan air limbah. Bersama teman sejawatnya, pada 1987 mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat Asian People Exchange (APEX), dan duduk sebagai Direktur Eksekutif.
Koperasi Universal yang Memanusiakan Manusia
Koperasi Universal yang memiliki konsep berbeda dari koperasi tradisional. Anggota sebagai pemilik koperasi dihargai secara proporsional dan resiprokatif dalam berkontribusi modal finansial, teknik/ide, maupun tenaga. Ia diberi peluang untuk terlibat aktif dalam investsi, bekerja dan berbagi kewenangan manjemen. Pun, dalam pengambilan keputusan dan pembagian manfaat.
Secara hukum, Koperasi Universal dengan model Koperasi Multipihak. Anggota dibagi ke dalam klaster, seperti klaster investor, manajemen, dan lain-lain. Ini bertujuan agar ide tetap berjalan, investor tetap tertarik tanpa merusak proses demokrasi. Evaluasi terhadap kontribusi tiap anggota dilakukan oleh tim evaluasi terdiri atas anggota tim yang dipilih secara demokrsatis.
"Yang menarik dari gagasan Dr. Tanaka ini, selain kelembagaan dan konsepnya, Koperasi Universal juga memerangi persoalan kemiskinan dan kesenjangan, kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam, serta penghancuran kemanusiaan atau dehumanisasi dari praktik sistem kapitalisme yang berjalan selama ini," ujar Suroto.
Dehumanisasi, hemat Tanaka, adalah bentuk ketertundukan manusia pada mesin, teknologi atau sistem yang diiringi dengan hancurnya kapasitas kemanusiaan, hancurnya nilai hidup orang, dan hancurnya relasi manusia.
Pun, sistem kapitalisme dan korporasi kapitalis hanya mengandalkan keputusan perusahaan berdasarkan basis modal. Mengejar keuntungan dan pertumbuhan ekonomi tanpa batas, yang hanya menguntungkan para kapitalis pemilik modal.
"Dunia sains dan teknologi modern hari ini dalam praktiknya hanya mampu menciptakan produk/jasa, efisiensi, kecepatan tinggi, dan skala produksi masal dari produk. Tidak mempertinggi nilai dan derajat kemanusiaan, tetapi justru menghancurkannya. Sistem kapitalis dan korporasi kapitalis hanya melanggengkan kemiskinan, kesenjangan sosial ekonomi makin lebar, dan merusak lingkungan serta sumberdaya alam."
Pun, dampaknya terlihat di Indonesia. Federasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) mencermati, pada 2023 masyarakat yang miskin absolut dan rentan miskin angkanya sekitar separoh dari jumlah penduduk. Ada 16,2 juta rakyat yang pergi tidur dengan perut kosong.
Sementara dilaporkan Oxfam, pada 2022, dari 4 keluarga konglomerat kekayaannya sama dengan 100 juta rakyat Indonesia dari yang termiskin. Menurut Suisse Credit Institute, Rasio Gini Kekayaan kita tahun 2022 adalah 0,77 dari skala 0-1. Tergambarkan, jurang kesenjangan kekayaan kita telah melampaui angka toleransi dan di dalam garis merah. Dari 83 persen orang dewasa Indonesia kekayaanya hanya di bawah 148 juta.
Koperasi Pusteklim, Pusat Teknologi Limbah
Saat ini, ditambahkan Suroto, sudah setahun koperasi gagasan Dr. Tanaka telah beroperasi dengan nama Koperasi Pusteklim (Pusat Teknologi Limbah). Bersama beberapa teman menjadi anggotanya, proyek pertama yang dilakukan koperasi adalah pengolahan limbah.
"Neraca Koperasi Universal per 31 Desember 2023 menunjukkan, investasi sebesar 243 juta rupiah itu telah mampu menciptakan manfaat riil bagi anggotanya berupa gaji dan keuntungan. Tata kelolanya juga terlihat baik. Menurut saya, ini bisa menjadi bagian dari ide pengembangan koperasi yang baik di Indonesia di masa datang," pungkas Suroto. (*) Annisa Q Aini/MTR Foto: Dok Suroto
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU