hariansuara.com - Aktris Sarah Vi mencuat namanya berkat perannya sebagai Inem Pelayan Seksi pada 1997-an. Kini kariernya kian berkibar sebagai fashion designer lewat label namanya sendiri, Sarah Vi.
Busana muslimah rancangan Sarah model syar'i. Tetapi dengan cutting, permainan warna, detail, corak dan motif yang khas, busana rancangannya stylish dan modis. Banyak yang menyukai, bahkan kini rancangannya sudah go international.
"Alhamdulillah, saya bahagia dan bersyukur, fashion line yang saya rintis pada 2008 lalu berjalan lancar dan berkah hingga saat ini. Sudah menggelar fashion show sendiri, karena kami punya event organizer, juga beberapa karyawan yang memungkinkan saya bisa berbagi keberkahan kepada orang-orang yang memang dapat menghargai keberkahan dari Allah," ujar Sarah Vi kepada hariansuara.com.
Di usianya 47 tahun kini, empunya nama Syarifah Helfira Djamaluleil ini terlihat keren memeragakan sendiri busana rancangannya. Postur tubuhnya menunjang sebagai model. Pun, awet cantik sebagai ibu dari dua buah hati yang beranjak dewasa muda: Gibriel Sofie jelang 20 tahun, dan Ayesha Sofie baru saja merayakan miladnya ke-17 tahun Januari lalu.
Stop Akting?
Sosok Sarah Vi kini jauh berbeda dari 20 tahun lalu. Ibaratnya, ia bertransformasi 180 derajat menjadi pribadi yang penuh percaya diri, riang, pengusaha sukses yang tegar dan tegas, sekaligus ibu yang welas asih. Benarkah ia sudah stop dari dunia entertainment?
"Dibïlang vakum total dari dunia entertainment tidak juga ya. Saya masih berakting di Pesantren Rock n Roll pada 2013, lalu 2016 dan 2017 juga masih bermain di layar lebar. Terakhir ditawari stripping bermain dengan Dewi Perssik. Sebelum memutuskan, saya sempat tanya pendapat Ayesha sekiranya saya kembali berakting," imbuh Sarah.
"Ternyata saran Ayesha, 'Mimi fokus saja di desain. Nanti bisa besar deh brand-nya.' Masya Allah, ternyata anak saya benar. Atas sarannya, saya bisa fokus mengasuh dia. Istilahnya, tak pernah lepas mata mengikuti tumbuh kembang Asyesha sambil mengelola usaha. Tentu, kesuksesan tidak berdiri sendiri, melainkan disupport keluarga. Number one is Ayesha pastinya, dan team work dari Sarah Vi Management, yang saling mendukung as a team."
Kehilangan Gibriel, Sulung yang Masih Menyusui
Tiada yang menyangka sosok Sarah Vi sekarang. Padahal tersebar dulu ia begitu fragile, lemah, tak berdaya menghadapi rentetan kejadian lantaran menggugat cerai suaminya, Sofie Agil. Bertahun-tahun proses sidang perceraian berjalan alot. Banyak kasus menimpa yang memojokkannya seakan ia bukan ibu yang baik untuk merawat anak-anaknya.
Bahkan ia sampai dipolisikan dengan tuduhan mencuri perabotan rumah tangga milik mertua. Tinggal selangkah masuk penjara, Sang Khalik mengulurkan pertolongan-Nya. Sarah ditemani kakaknya mendatangi kantor Mabes Polri. Ia menghadap Komjen. Pol. Susno Duadji, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim), lalu menceritakan seada-adanya fakta, beserta bon pembelian mesin cuci dan kulkas yang dibeli dengan uang sendiri.
Keesokan harinya dilakukan gelar perkara, dan Sarah dinyatakan pihak yang benar. Sementara penggugat terbukti bersalah dan membuat bukti palsu. Bisa saja Sarah menuntut balik mereka, tapi itu tidak dilakukannya. Cukup baginya terbebas dari perkara itu. Ia lebih baik fokus merawat putrinya.
Namun, prahara belumlah usai. Resmi bercerai pada 2008, Sarah menghadapi ujian sangat berat dalam hidupnya. Ia harus kehilangan Gibriel, sulung yang dikandung dan dilahirkannya. Ketika itu baru 18 bulan dan masih menyusui.
"Saya sedang sholat Ashar. Kedua anak saya di kamar, Gibriel di kasur, dan Ayesha di boksnya. Tahu-tahu tangis Ayesha melengking keras. Saya lihat pintu depan terbuka lebar. Gibriel sudah di luar. Saya kejar, tapi tak sampai. Yang saya ingat, saya menangis di atas aspal, memanggil anak saya, 'Gibriel' hingga akhirnya menghilang. Sangat pahit setiap kejadian itu terlintas di ingatan," tutur Sarah lagi, dengan suara tercekat.
Berlari Kencang kepada Allah
Diakui Sarah, tak mudah bagi seorang ibu berpisah dari anaknya. Separuh nyawanya serasa ikut hilang bersama kepergian Gibriel. Namun, ia tetap waras, seperti dibilang teman-temannya bahwa 'Lu nggak gila aja udah untung, Sar.'
Di titik balik itu Sarah sadar dirinya harus bangkit. Ada Ayesha yang berhak ia bahagiakan. Mulai dari mentransfer energi happy melalui ASI yang diminumkannya. Perjuangan tersendiri menyetel mode happy di saat diri sedang terpuruk dalam kesedihan. Pun, harus mencari nafkah sendiri karena tabungan yang menipis.
Sarah berlari kencang berlindung kepada Allah, Tuhan yang Maha Penyayang. "Banyak mendapat support, di antaranya dari Ustadz Uje rahimahullah. Dan, dari istrinya, Umi Pipik, saya belajar berjualan pashmina. Lalu, masuk pesantren dua tahun di Jakarta dan dua tahun di Bandung. Mempelajari Al Qurán dan Sunnah," kiat Sarah untuk bangkit dari keterpurukan.
Ia sampai pada keyakinan, bahwa ketentuan Allah itu selalu baik dan pasti baik, meskipun pahit menjalaninya. Allah yang bisa mengubah dari yang buruk menjadi baik. Allah banyak menolong saya". Satu per satu keinginan saya terkabul. Saya jadi berani menghadapi dunia luar, lalu terbuka jalan mencari nafkah yaitu di fashion designing, sembari fokus merawat Ayesha."
Satu persatu keinginan Sarah terkabulkan. Allah memudahkan jalan baginya ke fashion designing, memudahkannya belajar tentang bahan dan jenis kain, cutting, pola hingga memproduksi baju dari 3 artikel, 5, hingga banyak sekarang ini.
"Saya sempat jualan kerudung door to door, pakai mobil sambil antar Ayesha sekolah. Saya sholat di mushola belakang Citos, lalu ping teman-teman di Grup BB untuk beli stok baru saya bawa," Sarah berbagi pengalamannya mencari nafkah untuk putrinya, kemudian berjualan di tempat arisan teman. Rasa malu ditepisnya, pikirnya, yang penting bisa menghidupi Ayesha.
"Allah banyak menolong saya. Setelah menghadapi ujian hidup yang berat, satu per satu keinginan saya Allah kabulkan. Kuncinya, sabar, ikhlas dan ridho menerima ketentuan, takdir Allah. Memang tidak gampang, butuh proses dan kemampuan untuk berdamai dengan diri sendiri, juga memaafkan," pungkasnya.
Seperti disampaikan kepada Ayesha untuk tidak mengutik-utik hal yang telah lalu, ''If someday, in syaa Allah ada kesempatan kamu bertemu Abang Gibriel, please close the case. Tutup masa lalu, tataplah ke muka, tatap ke depan, bicarakan hal-hal yang membuat sukses di masa depan."
Mengakhiri bincang sore itu, Sarah menambahkan, jatah umur setiap hari berkurang. Hidup ada akhirnya. Maut datang, tanpa memberi notification, pemberitahuan. Harapannya terakhir, jika harus kembali menghadap Sang Ilahi, Ayesha tahu ada Abang Gibriel. Ia tak sendiri di dunia ini. (*) MTR Foto: Dok Sarah Vi
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU