hariansuara.com, Jakarta – Kisah nyata Hon Tjin Lian (Liana) yang mampu bertahan hidup hampir 13 tahun menderita kanker payudara diabadikan dalam sebuah novel berjudul “Pelangi Cinta Dari Belitung” karya Wahyu Sujani.
Sejak divonis terkena kanker payudara stadium 3 pada tahun 2004, wanita asal Belitung Timur bernama Liana ini harus menjalani 141 kali kemoterapi. Meski teramat sakit dan sulit, Liana berhasil bertahan hidup sekian lama dengan mengidap kanker payudara.
Wahyu Sujani mengatakan, novel ini menceritakan Liana yang semenjak kecil sudah tertanam menjadi pekerja keras, tumbuh dewasa menjadi penjahit bahkan keahlian membuat pakaian menjadi tersohor. Liana pun hijrah ke Jakarta dan bertemu dengan Bintang Adi (Suami mendiang Nyonya Liana) dan memiliki keturunan dengan empat buah hatinya (Yulia Fransiska, Harrison Chandra, Hariani Chandra, dan Pribadi Chandra).
Wahyu menceritakan, disaat Liana merasakan rasa nyeri lalu menyentuh dan melihat di dadanya sebelah kiri ternyata ada sedikit benjolan seketika itu keningnya berkerut tegang. Untuk pertama kalinya Liana pun melakukan biopsy di Rumah Sakit Gading Pluit.
Tak butuh lama bagi rumah sakit untuk mendeteksi penyakit yang di derita Liana dari benjolan yang ada di payudaranya. Begitu hasil biopsy keluar, dokter lantas menjelaskan bahwa Liana mengidap kanker payudara dan ternyata sudah stadium tiga.
Ketika divonis, keluarga sempat shock terlebih suaminya yang larut dalam kesedihan yang mendalam. Namun suaminya beserta anak-anaknya berusaha kuat dan tegar terlebih Liana tidak putus asa dalam menghadapi penyakitnya itu.
“Ini sebagai bukti cinta sejati yang diberikan Bintang Adi dan keluarga meskipun dirasakan sedih, namun tidak putus asa dalam menjaga Liana selama 13 tahun terkena penyakit kanker payudara. Ini bukti cinta dan kasih sayang Bintang Adi kepada istrinya.,” ujar Wahyu beberapa hari yang lalu.
Demi cintanya pada sang istri, Adi (sapaan di Novel) tidak mau menyerah. Ia mendapat informasi dari temannya agar istrinya dibawa ke Shanghai, China. Itupun dokter rumah sakit di China menyatakan penyakit kankernya tidak dapat sembuh.
Kemudian saat kembali ke Indonesia, temannya Adi menyarankan untuk berobat ke pengobatan alternatif. Bahkan sudah banyak pengobatan alternatif yang dilakukannya namun hasilnya tidak ada yang positif bisa menyembuhkannya.
Menurut Wahyu, disitulah peran keluarga dalam memberikan motivasi pada Liana untuk bangkit kembali melawan penyakit kankernya, agar tidak menyerah sehingga bisa lama bertahan terhadap penyakitnya.
Bintang Adi dengan sikapnya kepada anak-anaknya meminta mereka agar dapat membantu ibunya untuk bangkit. Serta mendukung ibunya dan jangan membuatnya kecewa atau semakin tertekan. “Mulailah jadi anak yang baik. Tunjukkan bakti kalian pada orang tua kalian. Papi akan berusaha segala cara mencari obat untuk penyakit Mami kalian,” kata Adi.
Sama seperti penderita penyakit kanker payudara pada umumnya, Liana menjalani perawatan kemoterapi selama tiga minggu sekali guna menghambat pertumbuhan sel kanker. Saking kuatnya dia bertahan,tak heran banyak dokter yang mengenal Liana sebagai pasien kanker stadium 4 terkuat. Jika dihitung-hitung sudah 141 kemoterapi Liana lakukan.
Pun dengan biaya yang sudah dikeluarkan, terlebih dokter menganjurkan Liana mengonsumsi obat yang berasal dari Swiss yang harga per tabletnya Rp 5 juta.
Manusia selalu tak lepas dari keluh kesah. Liana yang sudah puluhan kali kemoterapi mulai merasakan kejenuhan. Rasa sakit memang tak sesering dulu walau di waktu-waktu tertentu kembali di deritanya. Anaknya memberikan semangat dengan berucap, “Mami bisa memberikan semangat pada penderita kanker lainnya tapi kenapa sekarang mami yang ingin menyerah?. Tunjukkan kalau Mami kuat," kata Hariani anak ketiga Adi dan Liana.
Meskipun begitu, keempat anaknya cukup memahami, bila ibunya memang membutuhkan motivasi untuk tidak menyerah. Semua anggota keluarga tak berhenti terus memberikan semangat dan perhatian ekstra untuknya. Sampai akhirnya Liana mau kembali melakukan kemoterapi.
Kini, Liana telah pergi untuk selamanya dengan membawa penyakit ganas yang dideritanya selama tiga belas tahun. Dalam hati Adi, Liana tidak pernah mati. Namanya mengaligrafi dan abadi. Kisah cinta yang pernah ia jalani bersamanya memang tak seromantis kisah Laila dan Majnun yang penuh puisi. Namun lebih dari itu, menjadi sederet narasi menghanyutkan setiap kali dikisahkan.
"Kisah perjuangan hidup menghadapi penyakit kanker payudara bisa memberikan motivasi pada penderita kanker payudara, bahwa dalam menghadapi segala ujian hidup seberat apapun, bukanlah untuk dihindari tapi dihadapi dan disikapi dengan kesabaran dan ketegaran serta berserah diri pada Tuhan sang penggenggam takdir." kata Wahyu.
"Novel ini menjadi surat cinta untuk mereka (penderita kanker payudara), untuk dapat termotivasi dari apa yang dialami dan dijalani oleh Nyonya Hon Tjin Lian agar tak pernah menyerah. Tetap memiliki semangat hidup dan tetap bisa berbuat kebaikan," pungkas Wahyu.
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU