
hariansuara.com - Tak sedikit ibu rumah tangga dari kegemarannya memasak, coba-coba ikutan tren ngonten akhirnya betulan jadi content creator atau Youtuber kuliner. Salah satunya, Yani Aisyah, seorang istri dan ibu dari dua putra 10 dan 5 tahun asal Karawang, Jawa Barat.
Kepada hariansuara.com, pemilik akun indocake_mandiri itu berbagi kisah di balik aktivitasnya mengembangkan media sosialnya--TikTok, YouTube, Instagram dan Thread, serta FaceBook dengan akun Advil Momz.
Tidak langsung mulus, tentunya. Selalu ada up and down, suka-duka, hingga akhirnya ia sampai meniti tangga kesuksesan. Status FYP, For Your Page, di video-videonya telah memberinya pundi-pundi pendapatan berkesan, sehingga ia bisa membangun rumah yang bagus untuk ditinggali bersama keluarga. Harapannya, bisa memfasilitasi kedua buah hatinya mendapatkan pendidikan yang tinggi.

Mulanya Ikut-ikutan
Setelah menikah dan dikaruniai momongan, Yani full mengurusi rumah tangganya. Boleh jadi ia berbakat di dunia usaha. Karenanya, hobinya memasak jadi jalannya berjualan cake dan menerima pesanan. Bahkan ia menciptakan brand untuk usahanya itu dengan nama indocake_mandiri.
"Ceritanya, pada tahun 2022, saya pertama kali ganti handphone dengan kamera yang saya bilang lumayan baguslah ya, seharga sekitar 2,5 jutaan. Nah, waktu itu ngetren orang-orang rame main TikTok. Seru, kata mereka. Saya belum ngerti sama sekali. Ngedit juga tidak bisa. Tapi akhirnya saya ikut-ikutan download aplikasi TikTok," ujar Yani, ramah.
Perempuan berusia 32 tahun itu membuat akun TikTok dengan nama 'indocake_mandiri'. Tujuannya, untuk menaikkan branding cake jualannya. Awalnya, ia tidak langsung ngonten tutorial masak, melainkan membuat video sederhana, seperti menghias bolu, topping donat.
Sempat Stop Ngonten
Setelah sekian lama, Yani sedih, sebab kok tidak mendapat apa-apa dari konten videonya. Ia pun sempat stop ngonten. Akhirnya ia banting setir berjualan es di depan rumah. Kalau lagi ramai, katanya, sehari bisa dapat 80.000 rupiah. Tapi pas sepi hanya 10.000 rupiah. Beruntung, suaminya terus menyemangatinya untuk terus membuat video-video.
Sampai suatu ketika, datang tawaran untuk bergabung di sebuah agensi yang memproduksi video snack. Ia menyambut tawaran itu, dan mendapat gaji Rp.700.000 per bulan. Namun, ke belakangnya ternyata susah. Ada peraturan, seorang content creator harus viral dulu videonya, minimal 3 kali FYP, maka barulah ia bisa mendapat gaji pokok.
"Saya kembali down, bingung, sebab video saya tidak ada yang viral. Menunggu FYP lama tidak kunjung ada. Seperti buang-buang waktu saja, pikir saya. Follower waktu itu juga hanya kisaran 1-2.000-an orang saja," imbuh Yani.
Bersamaan dengan itu, Yani dan keluarganya sedang diuji. Suaminya tercinta sakit batu ginjal, sehingga ia harus mengantarnya bolak-balik berobat selama setahun. Suaminya sementara tidak bisa bekerja.
Untuk membuat konten, perlu modal. Jangankan untuk ngonten, buat makan juga harus gigih diusahakan. "Pernah punya uang 50 ribu rupiah. Itu harus cukup untuk seminggu. Saya bikin donat, eh ternyata tidak laku. Pernah juga keliling kampung jualan gorengan.
Sang suami meneduhkan hati Yani, sekaligus membangkitkan tekad istrinya untuk membuat video kembali. "Ayo ngonten lagi. Viral, nggak viral, tidak apa-apa," ujar Yani, menirukan ucapan suaminya. "Saya lihat akun-akun lain juga masih tetap ngonten. Untuk membuat konten perlu modal. Sementara kondisi saya sedang minim."
Aslinya kreatif, Yani pun putar otak. Ia ke kebun, mencari tanaman yang bisa diolah jadi masakan. Ada jantung pisang, cempokak diambil untuk ngonten. Yang penting tidak harus beli. Yani kembali semangat ngonten kuliner.
Dipertemukan dengan 'Malaikat tak Bersayap'
Sekitar sembilan bulan sampai setahun lebih menunggu, akun FaceBook dan YouTube Yani akhirnya dimonetisasi. Ini membuatnya lega, sekaligus bertambah semangat ngonten.
"Alhamdulillah, saya jadi terpacu membuat tutorial masakan. Bertambah semangat lagi begitu ketemu PMC Cooking. Buat saya, beliau seperti 'malaikat tak bersayap', yang dikirim Allah untuk mengajari saya membuat konten yang bagus. Dari konten semula tidak pernah viral akhirnya ke sini viral terus," tutur Yani, penuh syukur.
Ingin Jenjang Pendidikan Anak-anak Lebih Baik
Yani tak pelit ilmu. Seperti dirinya yang menjadi content creator sukses berkat masukan pengetahuan dari YouTuber senior. Ia pun kerap berbagi tips kepada content creator pemula. Di antaranya, jangan menyerah apa pun alasannya. Tak perlu terpaku pada views dan quantity. Yang penting, pantang menyerah, terus belajar perbaiki kualitas konten. Jangan lupa berdoa dan minta dukungan dari orang-orang terdekat.
"Bagi yang baru mulai ngonten, terus saja berkreasi. Pelajari karya-karya orang. Belum FYP, tidak apa-apa. Konsisten berusaha buat video yang lebih baik dan lebih baik lagi. Nggak usah dengarkan komentar nyinyir dari orang," kata Yani.
Harapannya sebagai orang tua, Yani dan suami ingin dapat memfasilitasi kedua buah hati mereka sehingga dapat meniti jejang pendidikan yang lebih baik. "Tidak seperti saya, yang hanya lulusan SMP, dan itu juga SMP gratis. Saya sama sekali nggak kenal SMA." (*) Melia Hapsarani/MTS Foto: @indocake_mandiri
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU