Login

Username / Email :
Password :
Forgot Password Sign Up
Belum memiliki akun? Daftar Sekarang!
Close [x]
Nasional

Bandung Besar karena Kereta Api

Nasional
14 Oct 2024
Bandung Besar karena Kereta Api

hariansuara.com - Zaman ini tidak banyak orang, atau warganya sendiri, yang tahu kota Bandung, Jawa Barat itu bisa seperti sekarang sebetulnya berkat jasa kereta api (KA). Moda transportasi darat yang satu ini telah membuka keterpencilan dan kesunyian wilayah pedalaman Priangan sejak 1884. 

Berkat kehadiran kereta api, hasil bumi dan produk ekspor unggulan dari Priangan bisa dengan cepat dikirim ke pelabuhan Tanjung Priok. Mereka yang hendak bepergian ke Jakarta pun dapat sampai lebih cepat. Bebagai peran kereta api terhadap perkembangan kota Bandung dikisahkan dalam acara Railway Heritage Walk yang diselenggarakan Komunitas Sejarah Kereta Api Sabtu (12/10/2024). 

Ketua Komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia (KSPI), Widoyoko, menulis pengalamannya mengorganisir acara Railway Heritage Walk yang penuh makna. Selamat mengikuti lebih lanjut:

Sekitar 32 peserta Railway Heritage Walk berangkat dari Stasiun Bandung, lalu ke Kantor Pusat KAI, Gedung Indonesia Menggugat, Rumah Dinas KAI di Jalan Jawa, dan berakhir di Gedung Jaarbeurs. Di setiap kunjungan dijelaskan apa saja peran KA sehingga Bandung menjadi besar seperti yang kita kenal sekarang. 

Stasiun Bandung pertama kali diresmikan pada 17 Mei 1884 oleh Staatsspoorwegen (SS) atau Kereta Api Negara. Berarti, tahun ini stasiun Bandung tepat berusia 140 tahun. Kehadiran moda KA yg termasuk transportasi canggih saat itu disambut antusias oleh warga Bandung. Mereka berpesta 3 hari berturut-turut merayakan kehadiran KA di kotanya dan Stasiun Bandung resmi menjadi pintu gerbang bumi Parahyangan. 

Kehadiran kereta api membuat kota Bandung semakin dikenal orang dan di kemudian hari terbukti bahwa tanpa moda KA, kota Bandung tidak akan seperti sekarang. 

Sekilas Sejarah Staatsspoorwegen 

Staatssporwegen (SS) resmi dibentuk pada 6 April 1875, dan mengawali kiprahnya di Jawa Timur dengan membangun jalur kereta api negara yang menghubungkan Surabaya - Malang. 

Pembangunan jalur ini dipimpin David Marschalk, seorang  perwira zeni KNIL yang terkenal berdisiplin tinggi dan amanah. Beliau membangun jalur ini dengan penuh ketelitian. Penggunaan anggaran diperhitungkan sebelumnya  sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian sarana dan pembangunan pra-sarana secara keseluruhan tidak melebihi anggaran yang telah ditetapkan. 

Nama David Marschalk sangat dihormati oleh semua kalangan. David Marschalk pun diangkat menjadi Direktur Staatsspoorwegen yang pertama. Jalur kereta api negara di Jawa Timur disebut sebagai Oosterlijnen

Sedangkan Jalur KA di Jawa Barat pertama kali diresmikan dan dioperasikan oleh Nederlandsch Indische Spoorwegmaatschapij (NIS) pada 1873, dua tahun sebelum SS dibentuk. Jalur ini menghubungkan Jakarta - Bogor menggunakan lebar sepur 1.067 mm. 

NIS sendiri adalah perusahaan swasta yang mengawali bisnis kereta api di Indonesia, dengan meresmikan dan mengoperasikan KA antara Semarang - Tanggung, pada 1867 dengan lebar sepur 1.435 mm (jalur standard) seperti di Eropa. Jalur standard ini diteruskan hingga Solo dan Yogya, yang selanjutnya disebut jalur Vorstenlanden (Negeri Para Raja). 

Setelah sukses di Jawa timur, agar tidak kecolongan, SS segera mengajukan konsesi untuk membangun jalur Bogor menuju Bandung, Karena SS melihat potensi angkutan yang sangat besar dari bumi Parahyangan. Setelah permohonan SS untuk membangun dan mengoperasikan KA di Jawa Barat dikabulkan, SS mulai membangun jalur KA, di mana tahap pertama jalur Bogor - Sukabumi - Bandung - hingga Cicalengka selesai pada 1884. Jalur kereta api negara di Jawa Barat disebut sebagai Westerlijnen. 

Lanjut Hingga Surabaya 

Surabaya merupakan kota kedua terbesar dan terpenting di Indonesia, karena itu SS berambisi untuk menghubungkan kota Jakarta dan Surabaya dengan kereta api. Pembangunan jalur KA dilanjutkan ke arah timur dan ahirnya pada 1887 kota Jakarta berhasil dihubungkan melalui jalan rel hingga Surabaya. 

Namun, penumpang harus ganti KA beberapa kali, yaitu dari Jakarta - Bogor dengan KA milik NIS, lalu Bogor - Bandung - Yogyakarta dengan KA milik SS. Yogyakarta - Solo naik KA milik NIS, dan terakhir Solo - Surabaya naik KA milik SS. 

Penumpang KA dari Jakarta menuju Surabaya (juga sebaliknya) harus transit dan menginap dulu di Bandung. Dampaknya luar biasa. Bisnis penginapan/ hotel, restoran semakin meningkat. Bahkan bisnis hiburan pun semakin marak di mana lokasi Saritem semakin terkenal. 

Kota Bandung pun semakin dikenal sebagai kota yang sejuk dan nyaman. Semakin banyak orang Belanda/ Eropa yang memilih bekerja dan tinggal di Bandung. Kota ini akhirnya mendapat julukan "De meest europese stad van Indie". 

Karena makin banyaknya warga Eropa yang bermukim di Bandung akhirnya dibentuklah Gemeente (pemerintah kota) Bandoeng pada 1906. Gemeente  Bandoeng sangat berterima kasih pada Staatsspoorwegen yang telah sangat berjasa membesarkan kota Bandung. Di kemudian hari pejabat SS pun ada yang juga menjadi petinggi di Gemeente Bandoeng, seperti SA Reitsma.

Di sisi bisnis, para direktur dan pemilik perkebunan sering mengadakan konferensi di kota Bandung, karena transportasi makin cepat dan nyaman dengan KA. Transportasi KA juga membawa hasil perkebunan dengan cepat, kinerja perusahaan dan produk perkebunan pun semakin meningkat. Hubungan antara pengusaha dan SS sangat baik dan mesra.

Ulang Tahun ke-50 SS 

Tepat 6 April 1925 Staatsspoorwegen merayakan hari jadinya yang ke 50. Hari jadi SS ini dirayakan secara besar besaran di Bandung. Semua bagian dari SS, seperti bagian traksi (lokomotip), persinyalan, administrasi melakukan pawai karnaval keliling kota Bandung untuk menunjukkan kebesaran SS. 

Perlu diketahui, karyawan SS (Eropa dan Pribumi) cukup banyak dan mewarnai kehidupan masyarakat Bandung. Perumahan karyawan tersebar di seluruh kota Bandung. Hal ini terlihat jelas saat sirine tanda masuk/ selesai kerja untuk karyawan SS dibunyikan. Mereka berbondong-bondong masuk/ keluar dari kantor SS atau perbengkelan dan gudang material milik SS. 

Gemeente Bandoeng pun tidak tinggal diam. Sebagai tanda hubungan erat antara Pemerintah kota dan Staatsspoorwegen, Gemeente Bandoeng menghadiahkan sebuah Tugu Lampu yang berada persis di depan stasiun. Tugu ini dirancang oleh Ir. De Roo dan dibuat oleh siswa Gemeentelijke Ambacht School (STM Negeri). Tugu ini menggambarkan rasa terima kasih yang besar atas peran SS dalam perkembangan kota Bandung. 

Sayang, tugu lampu ini dibongkar pada zaman Jepang, karena pihak Jepang memusnahkan semua simbol-simbol berbau kolonial. Sekarang di tempat tugu lampu tersebut berdiri monumen lokomotip uap. Sebetulnya monumen tersebut tidak pas dengan sejarah Bandung, karena lokomotip uap tersebut adalah lokomotip uap Trem dengan lebar sepur 600 mm yang berasal dari wilayah Karawang. 

Selanjutnya karyawan SS sendiri menghadiahkan sebuah monumen peringatan 50 tahun SS yang rancangannya disayembarakan di antara karyawan. Tugu ini diresmikan oleh Direktur SS saat itu, Tuan Stargaard dan lokasinya berada di depan kantor direksi. Jepang juga membongkar tugu ini, dan setelah kemerdekaan diganti dengan monumen Perjuangan Karyawan KA. 

Karyawan kereta api juga turut berjuang fisik mempertahankan NKRI, misalnya di Bandung Gudang sering digunakan untuk menyelundupkan senjata untuk TNI. Pada Januari 1946 saat situasi  Jakarta sangat genting, pemuda kereta api berhasil menyelundupkan Bung Karno dan Bung Hatta ke Yogyakarta, dengan menggunakan KA luar biasa (KLB) dan berhasil menembus blokade sekutu. Bila pemuda KA tidak berhasil menembus blokade tersebut, dan Bung Karno ditawan, maka nasib Republik tentu akan lain. 

Saat ini Hari KA jatuh pada 28 September diperingati dengan khidmad oleh seluruh karyawan KA. Inilah hari di mana Pemuda KA berhasil menguasai kantor pusat KAI yang sekarang ini. 

Berkembangnya Dunia Arsitektur 

Setelah kota Bandung semakin banyak penduduknya dan bisnis semakin meningkat, dibangunlah banyak bangunan penting, milik pemerintah dan swasta. Terlebih lagi pada awal Abad ke-20, ada wacana untuk memindahkan Ibu Kota ke Bandung. Banyak instansi dan perusahaan pemerintah yang mulai pindah ke sana, di antaranya Staatsspoorwegen. Kantor pusatnya resmi pindah pada 1910 yang hingga detik ini menjadi Kantor Pusat KAI. 

Pembangunan marak, kebutuhan akan insinyur makin meningkat. Pemerintah Hindia Belanda membangun Technische Hogeschool (TH) Bandoeng pada 1920 (sekarang ITB).

Fakultas pertama yang dibuka adalah Weg en Waterbouwkunde yang mencetak insinyur teknis sipil. Banyak insinyur SS yang membantu memberikan mata kuliah di sana. Salah satu lulusan TH Bandoeng yang terkemuka adalah Insinyur Soekarno yang menjadi Presiden Republik Indonesia pertama.

Sementara itu arsitektur kota Bandung berkembang pesat pada 1920-30-an. Banyak arsitek Belanda yang pindah dan bereksperimen di Bandung. Bahkan kota Bandung menjadi salah satu kiblat Art Deco di dunia. 

Stasiun Bandung semakin tidak mampu menampung penumpang yang jumlahnya meningkat pesat, sehingga akhirnya dibongkar dan dibangun stasiun baru pada 1929. Saat ini kita bisa lihat arsitektur Stasiun Bandung dengan langgam arsitektur Art Deco. 

Pendirian Jaarbeurs 

Diuraikan di atas, hadirnya kereta api memajukan dunia bisnis, industri dan perkebunan di Bandung dan sekitarnya. Diperlukan wadah untuk mempromosikan produk-produk. Para pengusaha sepakat mengorganisasikan Jaarbeurs (bursa tahunan), pertama kali pada 1920. Di situlah untuk pertama kali dipamerkan produk-produk agar kian dikenal luas. Setiap tahun Jaarbeurs diadakan, diikuti oleh pengusaha dari dalam dan luar negeri. 

Staatsspoorwegen juga turut andil dalam pembentukan Jaarbeurs dan turut berpartisipasi memamerkan jasanya. Pameran dari SS yang termasuk besar di antaranya saat SS mengoperasikan KRL di Jakarta. SS memperlihatkan apa dan bagaimana elektrifikasi KA yang dikelolanya. Juga saat SS berhasil mengoperasikan hubungan KA satu hari antara Jakarta/Bandung - Surabaya pada 1928 (Eendagsche Express). Di Jaarbeurs tersebut, Staatsspoorwegen memamerkan sebuah diorama Pulau Jawa di mana kota Jakarta - Surabaya dihubungkan dengan miniatur KA, yang menggambarkan KA Eendagsche Express.

Acara Railway Heritage Walk diakhiri di gedung Jaarbeurs. Sebagai penutup, Komunitas Sejarah Perkeretaapian Indonesia (KSPI) memberikan hadiah berupa sebuah buku terbitan Belanda berjudul "Tempo Doeloe" yang di antaranya menggambarkan keindahan Indonesia, termasuk kota Bandung di masa lalu. Setelah diundi, hadiah diterima oleh Sdri.Kartika. (*) Teks & Foto: Widoyoko 

TANGGAPAN ANDA MENGENAI BERITA INI

Senang

0

Tidak Peduli

0

Marah

0

Sedih

0

Takjub

0

Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting

KOMENTAR TERBARU

X