hariansuara.com - Dunia tekstil Indonesia memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan corak ragam yang rumit, termasuk teknik, pola, warna, dan bahan. Hal ini dipengaruhi oleh kekayaan budaya dan wilayah geografis di seluruh kepulauan Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke.
Karena itu untuk memperkenalkan keunikan seni wastra Indonesia, KBRI Den Haag telah menyelenggarakan acara "Verwevenheid: Textile Diversity in Contemporary Art" yang dibuka secara resmi pada 2 Agustus 2024 bertempat di Indonesia House Amsterdam. Berikut tulisan Widoyoko, diaspora Indonesia yang tinggal di Amsterdam.
"Verwevenheid” adalah sebuah kegiatan promosi seni budaya yang merupakan salah satu program akademik Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung yang bekerja sama dan difasilitasi oleh KBRI Den Haag. Program ini bertujuan untuk memperkuat misi dan diplomasi kebudayaan Indonesia, terutama melalui apa yang disebut dengan “Seni Wastra” (kain bermotif) dan menafsirkan kembali “Wastra” dalam konteks kebudayaan kontemporer.
Adapun misi dan diplomasinya bersifat inklusif yang ditujukan untuk membangun jaringan internasional, menciptakan ruang dialog yang produktif dan konstruktif. Oleh karena itu, kegiatan ini akan membangun pemahaman yang luas guna menilai dampak karya masing-masing peserta terhadap perkembangan seni tekstil kontemporer secara internasional.
Program kegiatan yang dilakukan beragam. Antusiasme masyarakat Belanda juga begitu besar.
Seminar dan Presentasi
Kegiatan Seminar dan Presentasi berlangsung pada 2 Agustus, dari pukul 11.00 - 14.00 waktu Amsterdam. Topik menyoroti keanekaragaman dunia tekstil Indonesia. Diawali dengan mengeksplor makna “Wastra” yang menggambarkan jalinan mendalam antara tenun dan pembuatan kain dalam masyarakat Indonesia selama berabad-abad. Di sini ditekankan pentingnya budaya kain yang diwarnai secara alami, sebuah metode warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Diskusi ini juga akan mengungkap makna simbolis budaya makanan dan peralatan makan masyarakat Sentani di Papua yang selanjutnya direpresentasikan dalam batik. Selanjutnya akan mengkaji seni “Jelami” (jejak alam), dengan fokus khusus pada eksplorasi “Puspa Melati” (Jasminum sambac) pada sutra.
Sesi Pertama diberikan oleh Dr. Nuning Damayanti, Dipl.Art. yang membahas tentang “Pesona Magis” Tekstil Nusantara Indonesia. Dilanjutkan oleh Dr. Dian Widiawati, M.Sn. yang membahas tentang “Pewarna Alami Tekstil Indonesia”. Savitri Sasongko, S.Sn, M.Ds. menutup sesi pertama dengan bahasan bertema Jejak Alami (Jelami) Puspa Melati pada Tenun Sutera sebagai Pakaian Upacara Kenegaraan.
Sesi Kedua disampaikan oleh Sabine Bolk yang membahas Masa Depan Batik. Dilanjutkan kemudian oleh Victor MI. Mambraku, M.Ds. yang membahas Makna Simbolik Makanan dan Peralatan Makan dalam Budaya Sentani. Sesi kedua ditutup oleh Aminudin TH Siregar, M.Sn. yang membahas Seni Tekstil dan Seni Kontemporer di Indonesia.
Lokakarya Umum
Lokakarya Jejak Alam (Natural Imprint) adalah teknik yang memindahkan material alami seperti daun, bunga, ranting, dan buah ke dalam media kain, kulit, dan keramik. Pada workshop kali ini kami akan fokus pada kain sutra. Proses ini menarik, karena motif dan warna yang dihasilkan didasarkan pada pigmen warna alami yang terdapat pada bahan yang digunakan.
Pigmen warnanya berbeda-beda, tergantung habitat dan unsur hara masing-masing tanaman, sehingga warna dan motif pada setiap karya akan unik dan eksklusif, tidak pernah sama. Lokakarya ini disampaikan oleh Savitri Sasongko.
Lokakarya terakhir membahas tentang Batik Lilin Dingin berlangsung pada Sabtu, 3 Agustus 2024. Pada lokakarya atau workshop ini digunakan teknik cold wax dan olahan biji asam jawa sebagai media alternatif pemblokiran warna pada tekstil yang disebut Gutha Tamarin.
Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kepada khalayak yang lebih luas mengenai cara dan potensi baru dalam menciptakan karya, motif, dan desain yang unik dengan tetap mempertahankan kekayaan nilai-nilai tradisional. Tentu saja pengalaman ini akan membawa inspirasi baru dan keterampilan praktis yang dapat diterapkan dalam pekerjaan di masa depan. Workshop Batik Lilin Dingin ini disampaikan oleh Ayoeningsih Dyah Wulandari.
Masyarakat yang tertarik mengikuti program lokakarya tidak dikenakan biaya. Mereka pun dengan penuh atensi mengikuti penjelasan yang diberikan dalam lokakarya.
Pameran
Acara pameran menampilkan karya-karya dari 27 peserta dari Indonesia, Belanda, Jepang, Mesir, Pakistan, Curacao, Inggris, Jerman, Perancis, dan Swiss, yang mengeksplorasi penggunaan tekstil dalam praktik mereka.
Para peserta tersebut adalah Aniendya Christianna, Ayoeningsih Dyah Woelandhary, Biranul Anas Zaman, Claire Zandvliet, Dian Widiawati, Dominique Laemmli, Indrani Ashe, Ira Adriati, Joanneke Meester, dan Kahfiati Kahdar.
Juga ditampilkan karya Loranita Damayanti Theo, Maya Purnama Sari, Monica Hartanti, Nadia Arfan, Nadin Varsovia, Nahla Ali, Nayera Subaih, Nuning Yanti Damayanti, Oco Santoso, Ratih Mahardika, Savitri Sasongko, Sabine Bolk, Sabina Gillani, Sayaka Shinkai, Vera Utami Gede Putri, Victor MI. Mambraku, dan Wil Oei.
Selain pameran grup berjudul “Textile, Tekst, Intertext: Connecting stories” , juga akan digelar pameran tunggal “Jelami-Jasminebloem op zijlde en staat ceremony” yang menampilkan karya Savitri Sasongko. Para peserta pameran ini mewakili berbagai latar belakang, seperti akademisi seni rupa, seniman otodidak, dan berbagai bidang profesional, pengusaha, dan aktivis lingkungan.
Indonesia House Amsterdam (IHA)
IHA adalah salah satu premis KBRI Den Haag yang ditujukan sebagai pusat promosi Indonesia yang komprehensif, dengan fokus pada ekonomi perdagangan, investasi, pariwisata, serta menjadi platform untuk menampilkan kekayaan warisan budaya, tradisi, dan seni Indonesia kepada khalayak luas, menumbuhkan pemahaman dan apresiasi lintas budaya.
Gedung Indonesia House Amsterdam menggunakan bekas kantor Konsulat Jendral RI yang sebelumnya ditutup puluhan tahun, setelah gedung dan staf konjen diserbu dan disandera oleh RMS pada 1975.
Setelah gedung ini diperbaiki dan direnovasi kembali, gedung yang berlokasi di Brachthuijzerstraat 4 – 8, 1075 EN Amsterdam ini, dibuka kembali tahun lalu sebagai pusat aneka kegiatan untuk memperkenalkan Indonesia dengan berbagai kegiatan seperti kegiatan tersebut di atas.(*) Widoyoko Foto: KBRI
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU