hariansuara.com - Adriano Assis menghela napas panjang. Tak bisa berkata-kata. Dadanya bergemuruh hebat. Pesawat 2283 yang sejatinya ditumpanginya, ATR 72-500 buatan Prancis milik maskapai Voepass, jatuh di Kota Vinhedo, Sao Paulo, Jumat lalu.
Andai saja pria asal Brasil itu bergegas tiba di Bandara Domestik Casavel, Sao Paolo, berarti ia ada di dalam daftar korban tewas kecelakaan pesawat itu. Namanya sendiri tercatat pada manifes penerbangan sebagai penumpang ke-58 yang tak naik pesawat. Diketahui, total korban tewas 61 orang, terdiri atas 57 penumpang dan empat kru pesawat.
Jadilah Assis satu-satunya penumpang selamat dari pesawat yang menukik bebas dari ketinggian 17.000 kaki dalam satu menit pada pukul 16.22 waktu setempat. Tak lama, sekitar 24 menit pasca lepas landas. Pada Flightradar24, pesawat itu telah melangit 250 kaki dalam 10 detik, lalu naik 400 kaki selama delapan detik, tapi setelah itu hilang sinyal saat mencapai ketinggian 2.000 kaki. Setelah semenit kemudian, pesawat menukik tak terselamatkan.
Kenyataan terselematkan dari musibah kecelakaan pesawat Voepass membuat Assis berbalik terima kasih kepada petugas bandara yang mencegahnya naik pesawat nahas itu. Semula marah jadi bersyukur.
Itulah hikmah yang bisa dipetik. Betapa maut adalah takdir, ketetapan yang ditentukan oleh Sang Khalik baginya. Takdir Allah SWT ini sejatinya sudahlah tercatat di dalam Ummul Kitab atau Lauhul Mahfudz, jauh sebelum Allah menciptakan seluruh ciptaan-Nya. (*) Melia Hapsarani/MTS Foto: @BuzzPedia
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU