hariansuara.com - Gagasan memberdayakan masyarakat lewat inovasi datang dari Fakultas Teknobiologi (FTb) Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya. Tepatnya sejak 2 September 2023, mereka meresmikan berdirinya Desa Wisata Kampung Tempe Ciomas di Bogor, Jawa Barat.
Pendirian perkampungan tempe memang bukan sesuatu yang baru. Di banyak tempat, salah satunya di Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat telah lebih dulu dibangun perkampungan tempe pada 1992. Yang datang ke sana bisa menyaksikan langsung proses pembuatan tempe sampai melihat produksi kripik tempe yang mendatangkan lebih banyak uang.
Namun, di Desa Wisata Kampung Tempe Ciomas di kawasan Ciomas Rahayu yang dikelola FTb Unika Atma Jaya sangat menarik dan inspiratif.
Sekitar 10 pengrajin tempe setempat dibina oleh para akademisi, dosen dan peneliti FTb Unika Atma Jaya bagaimana cara memilih bahan baku yang super, lalu teknologi fermentasi yang tepat. Inspiratif sekali betapa akademisi tergerak dan peduli untuk meningkatkan kualitas hidup para pengrajin tempe.
"Awal kegiatan kami diinisiasi oleh sekelompok dosen yang mengajukan hibah Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi--Red) pada tahun 2023. Pelatihan berupa produksi tempe secara higienis sampai membuat bermacam olahan tempe yang layak dipasarkan," ujar Anastasia Tatik Hartanti, M. Si., Ketua Tim Program kepada Mahasiswa (PkM) ini, yang juga seorang peneliti senior di FTb Unika Atma Jaya.
Selama ini FTb Unika Atma Jaya, melalui Pusat Penelitian & Pengembangan Tempe, terus mengembangkan penelitian dan perbaikan teknologi fermentasi. Pun, meningkatkan kebermanfaatan tempe. Jadi, tak hanya menghasilkan tempe yang awet segar, tetapi juga mengajarkan strategi pemasaran dan pengelolaan wirausaha kepada pengrajin tempe.
Kembali, 2024 ini diajukan hibah Dikti yang diketuai Dr. Yasinta Ratna EW, M.Si. Ragam binaan ditambah dengan pengenalan edukasi hidroponik. Pengrajin tempe digugah untuk juga menjaga lingkungan kampung tempe agar rapi, asri, menarik, dan terpadu. Diharapkan, terus datang berkesinambungan dukungan dari masyarakat maupun pemerintah setempat.
“Yang menggembirakan, kegiatan ini masuk program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Mahasiswa aktif membantu masyarakat mencerna inovasi dalam teknologi fermentasi tempe, belajar memberdayakan lingkungan, menciptakan olahan makanan berbasis tempe dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pengrajin tempe di Desa Ciomas Rahayu,” pungkas Anastasia Tatik. (*) Melia Hapsarani/MTS Foto: FTb Unika Atma Jaya
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU