Login

Username / Email :
Password :
Forgot Password Sign Up
Belum memiliki akun? Daftar Sekarang!
Close [x]
Kesehatan

Cegah Stunting dengan Sumber Pangan Lokal Bergizi

Kesehatan
05 Oct 2019
 Cegah Stunting dengan Sumber Pangan Lokal Bergizi

hariansuara.com, Jakarta -  Pengetahuan masyarakat yang rendah terlihat dari banyaknya kasus gizi buruk akibat kesalahan orang tua memberi asupan makanan pada anak. Di tengah kemajuan teknologi, arus informasi diterima masyarakat tanpa filter. Masyarakat juga setiap saat terpapar iklan yang belum teruji kebenarannya. Jika tidak dibekali dengan pengetahuan yang tepat, maka masyarakat akan menjadi konsumen tanpa mengetahui baik buruk produk yang dikonsumsinya.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mencontohkan iklan susu kental manis sebagai salah satu iklan yang telah sekian abad menyesatkan persepsi masyarakat. 

“SKM yang sejak jaman kolonial hingga milenial, diiklankan sebagai minuman susu untuk bayi dan pertumbuhan anak, telah membentuk persepsi masyarakat bahwa SKM adalah susu bernutrisi. SKM memiliki kandungan gula yang tinggi yaitu 20gram persekali saji/1 gelas dengan nilai protein 1 gram, lebih  rendah dari susu lainnya. Padahal, peruntukan SKM hanyalah sebagai bahan tambahan makanan dan minuman atau topping. Karena itu, perlu pengawasan terhadap promosi dan penggunaan SKM oleh masyarakat,” jelas Arif Hidayat.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah mengatur label dan iklan SKM melalui PerBPOM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan, pada pasal pasal 54 dan 67 huruf W dan X. Pasal 54 memuat kewajiban produsen untuk mencantumkan tulisan pada label yang berbunyi: Perhatikan! Tidak untuk menggantikan Air Susu Ibu, Tidak Cocok untuk Bayi sampai usia 12 bulan dan Tidak dapat digunakan sebagai satu-satunya sumber gizi.

Sementara pasal 67 butir W memuat larangan berupa pernyataan/visualisasi yang menggambarkan bahwa susu kental dan analognya disajikan sebagai hidangan tunggal berupa minuman susu dan sebagai satu-satunya sumber gizi. Butir X memuat larangan  pernyataan/visualisasi yang semata-mata menampilkan anak di bawah usia 5 (lima) tahun pada susu kental dan analognya.

Sebelumnya, pada 2018, YAICI bekerjasama dengan Yayasan Peduli Negeri (YPN) Makassar dan Stikes Ibnu Sina Batam melakukan survey tentang Persepsi Masyarakat tentang Susu Kental Manis.  Survey yang dilakukan terhadap 400 ibu di Kelurahan Mandonga, Kec. Mandonga, Kota Kendari dan 300 ibu di Kelurahan Sagulung Kota, Kec. Sagulung, Kota Batam yang memiliki anak usia 7 tahun, menunjukan sebanyak 97% ibu di Kendari dan 78% ibu di Batam memiliki persepsi bahwa susu kental manis adalah susu yang bisa di konsumsi layaknya minuman susu untuk anak. SKM memiliki kandungan gula yang tinggi yaitu 20gram persekali saji/1 gelas dengan nilai protein 1 gram, lebih  rendah dari susu lainnya.

Dalam rangka memberikan edukasi gizi dan cara bijak menggunakan susu kental manis kepada masyarakat, Yayasan Abhiparaya Insan Cendikia Indonesia (YAICI), bersama Pengurus Pusat Muslimat NU menjalin kerjasama melaksanakan edukasi bijak mengkonsumsi susu kental manis di sejumlah kota di Indonesia diantaranya Lampung, Surabaya, Semarang, dan Makassar . Edukasi diadakan dalam bentuk talkshow dan kreasi makanan sehat bergizi. Di Batam, edukasi dilakukan pada Kamis 3 Oktober 2019. Hadir pada kesempatan itu Kadis Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan Provinsi Kepri Drs. Ahmad Izhar mewakili Gubernur Propinsi Kepri, serta selaku narasumber Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Dinkes Prop. Kepri Aniesaputri Junita, SKM, MPH, Kepala Balai Besar BPOM: Yosef Dwi Irwan, S.Si., Apt, Ketua PW  Muslimat NU Kepri Hj. Noorjanah G. Lasa dan Ketua harian YAICI Arif Hidayat  SE.,MM.

Kepala Sesi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat, Dinkes Prop. Kepri Aniesaputri Junita, SKM, MPH menyebutkan, secara nasional penangana gizi buruk di wilayah Kepri sudah cukup baik. Hal itu terlihat dari data Riskesdas yang menempatkan Propinsi Kepri berada pada urutan ke 4 dengan prevalensi stuntigng terendah. Hanya saja, ia mengakui di wilayah kepulauan masih banyak ditemui masalah gizi anak. “Dipulau-pulau, ibu-ibu masih menggunakan SKM sebagai minuman dan diberikan untuk anak. Ibu sudah teredukasi bahwa ASI adalah yang terbaik, namun terkadang ibu-ibu tidak sabar, karena anak menangis, akhirnya dikasihlah SKM atau susu lain-lain yang rasanya enak. “ jelas Aniesa Putri.

Kepala Balai Besar BPOM Prop. Kepri Yosef Dwi Irwan, S.Si., Apt pada kesempatan itu memaparkan fakta susu kental manis dan bagaimana cara tepat menggunakannya.

“SKM memang produk susu, namun yang perlu dilihat adalah peruntukannya. Perlu diingat bahwa SKM bukan untuk pemenuhan gizi, melainkan hanya untuk pelengkap sajian. Ini yang salah kaprah, dan salah satunya adalah pengaruh iklan. Produsen dalam beriklan pun ada aturannya dan salah satu fungsi yang kami lakukan adalah memberikan peringatak terhadap iklan-iklan yang menyesatkan,” jelas Yosef.

Ketua Bidang Kesehatan PP Muslimat NU, dr. Erna Yulia Soefihara menghimbau agar ibu sebagai pendidik utama di keluarga harus sehat dan juga cerdas. “Kesehatan keluarga harus dimulai terlebih dahulu dari ibu yang sehat. Ibu juga harus teredukasi tentang gizi agar tidak salah memberi asupan gizi, seperti susu kental manis yang seharusnya adalah topping makanan, jangan sampai diberikan sebagai minuman untuk anak-anak. Tugas kita adalah mewujudkan anak-anak Indonesia yang sehat, kuat dan cerdas sehingga bonus demografi dimasa mendatang tidak menjadi beban bagi bangsa kita,”. 

Erna menambahkan,” PP Muslimat NU sebagai Organisasi Masyarakat yang sudah punya perwakilan di semua tingkatan dari pusat sampai ke grassroot  diharapkan  bisa menyampaikan pesan-pesan tentang kesehatan ini sampai ke sasaran yang diharapkan."(*)

 

 

TANGGAPAN ANDA MENGENAI BERITA INI

Senang

0

Tidak Peduli

0

Marah

0

Sedih

0

Takjub

0

Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting

KOMENTAR TERBARU

X