hariansuara.com - Dilihat dari kacamata awam, proses transplantasi sel punca darah mirip umumnya proses donor dan transfusi darah.
Namun, sejatinya, prosedurnya sangatlah rumit. Merujuk kepada keberhasilan transplantasi sel punca darah pertama di Indonesia oleh tim dokter di Tzu Chi Hospital 2024 lalu.
Proses persiapan yang dijalani oleh penerima donor sel punca darah (pasien Assyifa) maupun adiknya, Fatih, selaku pendonor. Keduanya menjalani proses persiapan yang panjang. Tim dokter mengawali pertama dengan pemeriksaan kakak-adik tersebut secara teliti dan menyeluruh.
Setelah dipastikan adanya kecocokan sel punca, lantaran keduanya bersaudara kandung, maka proses pun dilanjut dengan harvesting. Di sini dokter memanen sel punca darah dari Fatih, lalu disaring melalui mesin apheresis selama 3-5 jam.
Empat hari sebelumnya, Fatih sudah harus rutin minum obat untuk menstimulasi jumlah sel punca dalam darahnya sesuai yang dibutuhkan untuk mendonor. Kateter dipasang pada bagian pahanya untuk memudahkan pengambilan darah. Pada Hari H 'harvesting', sel punca milik Fatih dipanen dan disaring melalui mesin apheresis sejumlah yang dibutuhkan untuk transplantasi Assyifa.
Sementara untuk proses penerimaan donor sel punca darah, sebelumnya dokter menyiapkan pasien Syifa, sapaan sehari-harinya, dengan menjalani kemoterapi dosis tinggi tujuh hari lamanya.
Tujuannya, untuk menekan sumsum tulang Syifa yang rusak dan juga menurunkan daya tahan tubuhnya. Agar saat sel punca milik Fatih masuk ke tubuh Syifa, sel punca tersebut tidak dianggap sebagai 'benda asing' yang kemudian ditolak oleh tubuh Syifa.
Sama sekali, ini bukan proses yang mudah untuk dijalani. Dikatakan dr. Rendi Prawira dari Tzu Chi Hospital, efek kemoterapi itu saja membuat pasien Syifa muntah, sakit kepala hebat, dan daya tahan tubuh yang jauh melemah. Ia berisiko sangat tinggi terkena infeksi. Oleh sebab itu, ia ditempatkan di ruangan isolasi yang steril.
Proses transfusi atau transplantasi sel punca itu sendiri memakan waktu 3-5 jam, dua kali dalam dua hari. Syifa dan Fatih menjalani proses transplantasi sel punca darah berbarerngan. Namun, proses bagi pendonor Fatih lebih cepat dan boleh pulang setelah dipastikan sehat oleh tim dokter.
Adapun Syifa harus tetap di bawah monitor tim dokter, dari hari ke-nol waktu tunggu proses penempelan sel punca di dalam tubuhnya (engraftment). Dibutuhkan sekitar 10-20 hari untuk sel-sel darah berkembang dan memproduksi darah baru di tubuh Syifa.
Proses transplantasi sel punca darah berhasil sukses. Kondisi Assyifa pasca transplantasi baik sekali. Sel punca darah yang didonorkan Fatih ke tubuh mbakyunya, Syifa, tumbuh dengan baik. Sel-sel darah sehat diproduksi, dan sekarang Syifa terbebas dari transfusi darah seumur hidup.
Hidup tak tergantung pada transfusi darah adalah kehidupan dambaan pasien Thalasemia. Bersyukur, kini di Indonesia, tepatnya di Tzu Chi Hospital, telah berhasil dilakukan transplantasi sel punca darah. Terbuka harapan hidup sehat bahagia bagi insan terlahir dengan thalasemia. (*) MTS Foto: ChatGPT
Lakukan login terlebih dahulu untuk menambah komentar dan voting
KOMENTAR TERBARU